SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI

Kamis, 17 Oktober 2013

6 Karakter Pengemudi, Kenali Biar Gak Gampang Emosi




Untuk menambah safety dan mengantisipasi situasi di jalan raya, ada baiknya kita mengenali karakter orang yang ada di sekitar kita saat di jalan. Siapa dia, tingkat kemampuan dan potensi bahayanya.
Dibawah ini akan di jelaskan ke-enam karakter pengemudi tersebut.

1.      GREEN DRIVER

Ini merupakan driver level pemula. Jam terbangnya kurang dari 50 ribu jam atau kurang dari 5 tahun.
Ciri-cirinya :
a. Melakukan manuver berbelok, berpindah jalur dan berakselerasi secara ragu-ragu, tidak menjaga jarak dengan kendaraan didepannya.
b. Kemampuan mengambil keputusan dalam mengantisipasi bahaya dijalan raya masih sangat rendah.
c. Mengemudi tegang/kaku/pasif, mudah grogi akibat provokasi pengemudi lain.
d. Tidak menguasai dasar-dasar mengemudi dengan benar.
e. Pemahaman akan rambu lalu lintasnya sangat minim.

Hati-hati kalau bertemu jenis ini. “Driver tipe ini biasanya diajarkan secara turun temurun dari keluarga yang kurang memahami cara mengemudi yang benar. Ia belajar dengan melihat dari orang terdekat/dari lingkungan yang kurang mendukung.
Driver dengan ciri ini segera dihindari dan dijauhi. Tingkat bahayanya sama dengan pengemudi agresif.


2.      BASIC DRIVER

Sudah mengemudi selama lebih dari 5 tahun. “Pada tingkat ini driver sudah memiliki percaya diri yang cukup. Tetapi tidak dibekali dengan ilmu pengetahuan safety driving, sehingga pengembangan dasar mengemudinya kepada arah yang salah. Ciri-cirinya, tidak jauh bebeda dengan Green Driver. Antisipasinya sama, lebih baik jauhi pengemudi jenis ini. Disarankan untuk mengambil training driving untuk menambah pengetahuan dan memperbaiki perilaku.


3.      AGGRESSIVE DRIVER

Memiliki emosi dan perilaku labil, sering kali menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas dan aksi penyerangan di jalan raya. Baik penyerangan secara fisik ataupun verbal. Kalau ketemu jenis ini, pilihan terbaiknya adalah menjauh dan tidak terpancing.
Ciri-ciri :
a. Cenderung mengemudi dengan kecepatan tinggi/ngebut
b. Melakukan manuver berbelok atau berpindah jalur secara kasar
c. Kurang toleransi, mau menang sendiri terhadap pengguna jalan lain (penyebrang jalan, motor, tidak mau disalip, saling pepet)
d. Sering memaki pengemudi lain bahkan berakibat bentrokan fisik


4.      DEFENSIVE DRIVER

Jenis ini sudah matang secara perilaku dan pernah mengikuti driving training. “Pada evel ini mampu mencari, membaca, mengidentifikasi dan mengatisipasi bahaya dengan benar, sehingga tidak hanya mampu menghindari bahaya kecelakaan tapi juga sadar akan resiko akibat dari kecelakaan,” papar trainer safety driving dan peslalom ini.
Ciri-ciri :
a. Mengemudi dengan aman, benar & bertanggung jawab
b. Paham dan tertib berlalu lintas
c. Menjaga jarak aman
d. Memiliki tolerasi yang tinggi terhadap penguna jalan lain
e. Mampu merawat kendaraan dengan benar
f. Selalu berfikir jauh kedepan dan memikirkan risikonya.


5.      SAFETY DRIVER

Kategori pengemudi yang sudah matang secara perilaku dan skill. Ciri-cirinya sama dengan defensive driver.


6.      ADVANCE DRIVER

Memiliki tingkat presisi tinggi dan mengemudi dengan spesialisasi. Seperti pengemudi alat berat di pertambangan, pembalap, stuntman, VIP driver. “Menjadi defensive, safety driver itu tidak mudah. Keselamatan dan pemahaman berkendara harus dipraktekan oleh driver sejak dini.


Sabtu, 05 Oktober 2013

Pentingnya Penanaman Tertib Berlalu Lintas Sejak Usia Dini



Beragam perilaku buruk pengemudi kendaraan tentunya sudah sering kita temui tiap hari ketika kita berada di jalan raya. Sebagai contoh kita sering melihat di jalan anak-anak dibawah umur yang mengendarai sepeda motor bahkan sampai berboncengan tiga orang padahal jelas-jelas mereka pasti belum memiliki SIM. Begitu pula pula dengan orang tua yang dengan mudahnya meminjamkan atau membelikan sepeda motor bagi anak-anaknya namun melupakan untuk menanamkan tertib berlalu lintas. Etika berlalu lintas masih menjadi referensi yang hanya ampuh untuk menambah pengetahuan pengemudi kendaraan bermotor dalam mengajukan permohonan SIM baru namun belum mampu mengubah perilaku masyarakat dalam berlalu lintas.
Penanaman kesadaran berlalu lintas sebaiknya dilakukan sejak dini dan dapat diintegrasikan sebagai salah satu muatan wajib dalam kurikulum PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Masa kanak-kanak merupakan fase awal dalam kehidupan manusia untuk memulai sosialisasi eksternal di luar lingkungan keluarga intinya dan pada fase ini mereka cenderung lebih mudah untuk menyerap nilai-nilai termasuk pengetahuan berlalu lintas karena pada nantinya jika mereka memasuki usia sekolah, remaja dan dewasa mereka akan selalu berinteraksi dengan sistem lalu lintas dan jalan raya dalam menjalankan aktivitasnya. Disini sangat diperlukan adanya kerjasama lintas sektoral yang saling terkait antara institusi pendidikan, kepolisian, pemerintah daerah dan kelompok kepentingan lainnya dalam menyusun kurikulum dan melaksanakan pengajaran mengenai pentingnya kesadaran berlalu lintas pada anak-anak. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di jalan raya, bagaimana menghormati sesama pemakai jalan, pengenalan rambu-rambu lalu lintas dan bagaimana menyeberang jalan dengan aman adalah materi-materi dasar lalu lintas untuk tingkatan anak usia dini yang dapat dikemas dalam metode pengajaran yang menarik bagi mereka sehingga lebih mudah untuk tertanam dalam benak pikirannya. 




Selasa, 01 Oktober 2013

Hak Pejalan Kaki yang Terampas






Peraturan daerah tentang ketertiban umum dan undang-undang no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan belum bisa melindungi hak para pejalan kaki. Peraturan itu terasa sulit ditegakkan. Tidak ada yang peduli, Jutaan orang menggerutu saat berjalan di trotoar, para pedagang bebas berjualan, pengendara cuek di trotoar, Jika itu sebuah masalah, mengapa masalah tersebut nyaris tenggelam dan terabaikan?
    

Pelindung Kepala Yang Sering di Abaikan


 Sebagian masyarakat Indonesia masih kurang menyadari akan pentingnya penggunaan helm ketika mengendarai sepeda motor, mereka belum sepenuhnya sadar akan pentingnya pelindung kepala yang satu ini, ada yang menganggap kalau memakai helm itu ribet, merusak tatanan rambut dan berbagai alasan lainnya. Adapun ada yang memakai helm cuma karena takut kena tilang polisi cara memakainya pun terkesan asal – asalan, karena pemasangan helm tidak di-KLIK.
Padahal penggunaan helm secara segnifikan mengurangi angka kematian sekitar 40% pada pengguna sepeda motor ketika mengalami kecelakaan.
Berikut ini jenis helm yang dapat melindungi kepala pengendara sepeda motor dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu :
  1. Helm yang menutup keseluruhan wajah (full face), helm  ini merupakan helm yang memenuhi standar keselamatan bagi pengendara sepeda motor karena memberikan keselamatan tertinggi.
  2.  Helm 3/4 (three-quarter open face), bentuk helm jenis ini hampir sama dengan helm full face, namun perlindungan yang di berikan lebih kecil karena dagu pengendara tidak terlindungi dengan sempurna atau masih agak terbuka.
  3.  Helm jenis topi merupakan helm setengah terbuka atau disebut dengan istilah helm batok, karena hanya menutupi sebagian kepala sehingga perlindungan yang diberikan tidak maksimum jika terjadi kecelakaan. Kemungkinan terjadi retak pada kepala sangat besar.

Perlu kita ketahui bersama sepeda motor tidak dirancang untuk melindungi penggunanya (unprotected rider), tidak dilengkapi penutup untuk melindungi pengemudinya, sehingga pengemudi sepeda motor harus melengkapi dirinya dengan pengaman yang lengkap seperti helm berstandar SNI, jaket pelindung, sepatu yang kuat dan sebagainya.

 Semoga setelah membaca posting ini kita lebih sadar akan pentingya penggunaan helm selama mengendarai sepeda motor.



                                                        
°♡♥tнänκ чöü♥♡
 

Blogger news

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Blogroll

About